Cerita Tentang Bintang
Sunday,
September 26, 2010
Ada bintang konyol
berteduh disebuah pohon yang rindang tak berbuah. Bintang yang bersinar yang
seharusnya memperlihatkan kesombongannya pada dunia dimalam gelap, ini malah
bersembunyi diantara dedaunan. Cahayanya terkadang muncul terkadang menghilang.
Mengapa dia tidak bergabung dengan kawan-kawannya diatas sana, menari-nari seperti biasanya para
bintang membuat pesta. Terhanyut dalam gemerlap dunia yang menjadikan punguk
sepertiku mengalir rasa cemburu yang dalam.
Cobalah
lihat, bagaimana mungkin orang sepertiku tidak cemburu pada bintang meski tak
pantas aku cemburui ? bintang yang indah, berkilau, banyak dipuja, kehadirannya
selalu dinanti, satu orang marah padanya seribu orang datang membelanya.
Nikmatnya hidup menjadi bintang.
Kupaksakan
diriku untuk bergabung dengan para bintang, paling tidak sedikit cahayanya
mungkin akan berpengaruh untukku. Aku bangga meski dengan tatapan sinis para
bintang. Hari-hariku semakin sibuk. Aku tidak sempat lagi bertemu dengan
punguk-punguk dibawah sana.
Bahkan, aku tidak kenal lagi dengan diriku sendiri untung masih ada ingatan
yang membuatku masih mengingat segalanya. Sebenarnya aku malu.
Di
pesta akhir pekan, aku bertemu dengan bintang yang pernah bersembunyi di pohon.
“
Mengapa kamu ingin sekali menjadi bintang ? Tidak taukah kamu, betapa sulit dan
merepotkan menjadi seorang bintang. Seperti aku yang tak pernah bisa menjadi
diri sendiri. Aku harus berpura-pura menjadi orang lain dan hidupku selalu
diatur-atur dengan alasan menjaga image sebuah bintang. Bathinku sangat
tertekan, karena tidak bisa mengekspresikan jiwaku sendiri. Hidupku tidak sebebas punguk-punguk yang kalau sudah jenuh
bisa pergi sesuka hati. Sedangkan aku, bila orang-orang mencintai aku, maka
mereka akan selalu memuji dengan berlebihan seakan-akan aku adalah yang paling
sempurna, tapi bila aku sedikit salah, maka mereka akan menghinaku dengan
sehina-hinanya manusia “.
Aku
hanya diam seribu bahasa. Menanti waktu berlalu dengan gelisah. Sang bintang
terlihat dengan raut muka sedih. Kemudian mendesah resah. Betapa beratkah hidup
menjadi bintang ?
“ kamu
hanya melihat segala kesenangan apa yang kupunya, tidakkah kamu lihat juga
segala derita dalam hatiku yang hanya bisa kusimpan dalam hati. Itu aku lakukan
agar orang-orang tidak kecewa padaku. Aku harus tersenyum palsu didepan
orang-orang walau sebenarnya hatiku sangat sakit. Aku tidak boleh sembarangan
pergi. Aku bosan. Aku benci. Aku muak dengan hidupku sendiri dan semua yang
kupunya”.
Bintang
itu berteriak dengan marah. Bintang itu menangis. Aku masih tertegun menatap
bintang. Padahal aku mengidolakan bintang. Aku ingin menjadi bintang walau
apapun resikonya. Aku ingin……..
“
Mengapa kamu sangat berhasrat menjadi bintang ? mengapa kamu tidak kembali saja
pada komunitasmu sesama punguk ? Seharusnya kamu bersyukur meski hanya seekor
punguk tapi kamu bahagia dari sisi hatimu. Kemanapun kamu pergi tidak akan ada
orang yang mengintaimu, tidak akan ada orang yang menggosip tentangmu dengan cerita-cerita
murahan. Itu adalah kebahagian yang tidak dimiliki oleh bintang. Atau, apakah
kamu ingin menjadi bintang demi mendapatkan uang yang banyak ? mencari harta
melimpah ? menjadi terkenal ? itu hanyalah kesenangan sesaat. Punya rumah mewah
tapi tidak bisa tidur nyenyak. Punya uang melimpah tapi hidup tidak tenang.
Punya nama terkenal tapi bila pergi harus menyamar………”.
Aku
mengangguk-angguk membenarkan perkataan sebuah bintang yang mengeluh tentang
gemerlap hidupnya namun tidak membahagiakan. Semangatku memudar mendengar
ceritanya. Kini, aku rindu pada para punguk yang selalu melihat bintang. Aku
ingin pulang ke komunitasku para punguk. Aku tidak akan berhasrat lagi menjadi
bintang tapi cukup saja menjalani takdirku menjadi seekor punguk. Aku bersyukur
mempunyai hidup sederhana daripada mempunyai hidup palsu seperti bintang.
Aku merasakan betapa nikmatnya alamku. Tak ada yang mencela. Tak ada kata
fitnah. Tak ada yang mengatur kalau aku harus begini atau begitu. Aku tersenyum
dari hatiku tanpa menanggung sakit dan derita. Tak ada beban dalam diriku.
Apalah artinya gemerlap dunia dicari bila tak bisa dinikmati atau kekayaan yang
hanya membuat jiwa menjadi sengsara. Kini, Aku bebaaaaaaaaaaaaaassss………..
Bintang adalah bintang
Karena bintang ditakdirkan
menjadi bintang
Aku adalah aku
Karena aku ditakdirkan
menjadi aku
Dan mengapa aku harus menjadi orang lain bila aku bisa
menjadi
diriku sendiri ?
Komentar
Posting Komentar