Kita Harus Saling Melupakan
Wednesday,
august 2010
Percayalah
padaku. Bahwa aku akan pergi dari hadapan kamu. Bila aku sudah melangkah
membelakangi kamu, itu berarti kita tidak akan lagi saling mengenal, meski kita masih diberi
kesempatan untuk bertemu tapi berpura-puralah untuk tidak kenal. Mungkin lebih
baik berpura-pura daripada kita terus menerus menjadi orang munafik.
Apa yang sudah
terjadi, itulah kenangan kita, itulah kenyataan yang sudah kita hadapi dan tak
perlu disesali. Bagiku, untuk apa menyesal karena pertemuan kita yang
indah harus berakhir seperti ini. Perasaanku mengatakan, bahwa kamu sangat
menyesal mengapa Tuhan mempertemukan kita, seandainya kita tidak bertemu
tentunya tidak akan ada saling menyakiti tapi sayang, takdir telah ditentukan.
Aku hanya bisa
tersenyum dalam tangisku. Membayangkan pertemuan manis harus berakhir pahit.
Satu hal yang harus kamu tau, aku semakin tidak percaya diri menghadapi hidupku
sendiri. Tak ada lagi kata semangat yang seperti dulu kamu ucapkan dikala aku
rapuh dihampiri berbagai masalah yang rumit. Sekarang, aku seorang diri
membangkitkan semangatku.
Tapi tak mengapa
bagiku, kita selalu menginginkan suatu hal yang terbaik. Inilah jalan terbaik
bagi kita.
Bila cinta sudah memudar
Kebencian datang, kasih sayang menghilang
Hati membeku dan hari-hari menjadi kelabu
Aku tak
menyangka, mengapa waktu mempertemukan kita lagi. Jantung ku terasa berdetak
sangat cepat, bahkan lebih cepat dari biasanya. Berbagai macam perasaan
berkecamuk dalam bathinku. Aku bingung bagaimana mengungkapkannya, yang pasti
aku merasa aneh atau apa ya yang harus aku katakan.
Kita semakin
dekat. Kita tak mampu menghindari pertemuan ini. Aku hanya berharap, ada
sedikit senyuman dibibirmu. Pertanda bahwa kita pernah bertemu dan sekarang
kita bertemu bukan sebagai musuh. Musnah harapanku, kamu berlalu dariku tanpa
senyuman bahkan menoleh sedikitpun tak ada padahal kita saling berpapasan. Tampangmu
sangat beku dan terlihat tidak bahagia. Kamu benar-benar melupakan aku,
seolah-olah kamu ingin berkata “ kesalahan yang tidak bisa dimaafkan “.
Aku terpaku. Aku
berdiri mematung melihat kamu berlalu. Kamu memegang janjimu untuk tidak
mengenaliku lagi.
Komentar
Posting Komentar