Pada Jingga Masa Lalu
Kamis, 21 October
Mungkin bintangpun akan
menangis bila cerita ini sampai didengarnya. Tidakkah kau merasa malu telah
mencampakkanku tanpa salah dan sekarang kau datang lagi menagih janji yang
pernah kita ucapkan. Memang dulu kita adalah seumpama sepasang merpati yang
selalu bersama melewati waktu. Tapi itu dulu, sekarang aku telah menguburkan
semua kenangan yang sulit untuk dilupakan.
Disaat janji terucap, tak
ada yang bisa memisahkan kita kecuali mati. hujan badai atau petir menyambar
namun itu bukanlah penghalang untuk selalu bersama menghabiskan hari. Sangat
jelas dalam ingatanku, pada suatu hari turun hujan tanpa henti dan kita
mempunyai sebuah rencana yaitu merayakan hari jadi kita yang ke-empat tahun
lamanya di suatu tempat, meski hujan tapi tak menyurutkan langkah kita. Disitulah
janji setia sampai mati terucap dengan ikhlas tanpa ada paksaan ataupun tekanan
diantara kita. Tak ada yang paling membahagiakan kecuali kita selalu bersama
kemanapun dan dunia ini hanya ada kita berdua. Aku tersenyum, ah, sepertinya
aku sudah gila pada masa lalu. Tapi itu sudah berlalu dan tak pantas bagiku
untuk mengenangnya meski sangat indah.
Aku tak pernah
berani untuk menceritakan kisahku pada dunia ini. Aku tak ingin ada yang tau
pada sukaku yang berakhir duka. Yang kuinginkan sekarang hanyalah dengan segera
melupakanmu. Seperti air yang mengalir, takkan pernah berhenti jikalau tidak
pada tempatnya. Akupun berharap air yang mengalir ini akan membawa pergi segala
kenangan yang harus kubuang.
Pada suatu saat
dimana kita bersantai dipinggir pantai favorit kita.
“ Hai sahabat
dekatku yang sudah lama tidak berjumpa…”. Seorang remaja seusiaku datang
menyapa. Dan seorang sahabat lama kukenalkan padamu. Bertiga kita melewati sore
sampai matahari terbenam. Pertemuanmu dengan sahabatku semakin sering tapi
bagiku itu biasa saja karena dia adalah tamu dikota ini dan perlu seorang
guide. Semakin hari, dia seakan-akan adalah milikmu dan aku sekarang hanyalah
penghalang kebahagiaanmu. Hari-harimu selalu bersama dia. Hingga akhirnya, tak
ada lagi komunikasi diantara kita, semakin jauh, kau semakin jauh meski sangat
dekat dimataku. Bertemu hanya untuk bertengkar atau bertemu hanya untuk saling
menyakiti satu sama lainnya.
Kitapun
memutuskan untuk kembali saling percaya demi cinta dan mengclearkan pikiran
kita yang monoton. Aku percaya karena cinta membutuhkan kepercayaan. Tapi kau
menikam dari belakang, kau menghianati kepercayaan yang kuberikan dan kau…. Aku
hanya bisa menangis pada penghianatanmu. Demi sahabatku kau meninggalkanku
dengan luka dalam hati, kau telah berjanji tapi sekarang kau duluan yang
mengingkari janjimu sendiri.
Tak bisa
kupercaya semua ini dan kejadian ini pun tidak dapat kuterima dengan baik. Kau
berkencan dengan sahabat karibku ditempat dimana kau menyatakan cintamu padaku.
Hancur hatiku melihat betapa seriusnya kalian bicara meski aku tidak tau apa
pembicaraanmu tapi yang pasti aku tau, kau menyatakan cintamu pada sahabatku
yang baru kau kenal. Sejak itu, kau selalu menghindar dariku dengan berbagai
alasan palsu. Kau juga tidak lagi bertanya apa kabarku, bahkan kaupun tidak mau
tau lagi tentangku.
Aku tidak tau
lagi bagaimana keadaan cinta kita. Ya, cinta yang berawal dari ketulusan
sekarang entah bagaimana selanjutnya, harus berakhir atau harus dipertahankan. Tinggalah
aku sendiri. Menanggung derita cinta darimu.
Meski kepedihan
semakin menyiksa bathinku namun cobaan itu bukanlah akhir dari kehidupanku. Masih
banyak hal yang harus kulalui, yang sekarang tanpa dirimu. Tanpa semangat
seperti disaat kau berada disampingku. Dulu, dikala jasadku berdiri seperti
akar pohon tanpa air hanya kau yang datang memberi obat spirit bagi jasadku
yang lemah tanpa tenaga. Disaat aku terbaring tanpa harapan untuk hidup, kau
juga yang datang memberi kekuatan bagi jiwaku untuk bertahan dari segala
rintangan. Dan sekarang, jasadku seperti tanpa jiwa. Aku kehilangan setengah
dari hidupku.
Bagiku, segala
kenangan indah itu tidak akan mungkin berakhir seperti ini. Segala yang kau
berikan kuanggap adalah sesuatu yang paling abadi. Kenyataannya, manusia
tetaplah manusia yang selalu lupa akan segalanya. Itulah kau.
Hari ke hari.
Walau dengan berat aku telah melupakanmu. Telah banyak waktu yang kuhabiskan
dan telah sia-sia sebagian dari masaku hanya untuk melupakanmu seorang. kini,
aku bisa tersenyum, jauh dari lebih baik dari sakitku, jauh dari kemuraman
cintamu dan aku melupakanmu………
Ternyata dunia
ini sangat indah walau hidup seorang diri tanpa orang yang kita cintai. Ah,
mencintai itu tidak terbatas hanya pada satu orang saja. Masih banyak cinta
diluar sana yang membutuhkan cintaku. Orang-orang dekatku, sahabat-sahabatku,
dan alam yang harus kujaga dan aku cintai. Aku semakin lega dan bebas, seperti
bebasnya burung diangkasa luas. Hatiku semakin seperti awan putih bersih
dilangit yang menaungi perasaan kasih sayang pada setiap orang yang
membutuhkanku. Dipundakku terasa ada sepasang sayap yang mampu menerbangkan aku
dari segala sakit yang selama ini kupikul.
Akupun tidak tau
tentang perasaanmu sekarang.
Dan pada suatu
saat, kau datang menemuiku. Kau menyesali atas apa yang selama ini kau lakukan
padaku dan memohon maaf. Kumaafkan salahmu tanpa dendam dihatiku. Dan kaupun
berujar :
“ Aku ingin kita
mengulangi lagi kisah yang dulu pernah ada. Aku ingin kau kembali menjadi
kekasihku dan aku berjanji tidak akan menyakitimu lagi…”.
Tidak, tidak
mungkin kisah kasih itu akan terulang lagi karena semuanya sudah berakhir dan
aku tidak akan merendahkan diriku demi cinta. Apakah kau berpikir aku tidak
akan mempunyai cinta selain cintamu ? Apakah kau mengira, aku gadis bodoh yang
mau saja dipermainkan oleh cintamu ? dan aku hanya bisa mengemis cintamu ?.
Kau bercerita,
tentang dia yang hanya menjadikanmu sebagai kekasih sesaat. Dia memanfaatkanmu
untuk menyadarkan pacarnya yang selalu selingkuh dan dia berhasil, kemudian dia
mencampakkanmu setelah berbaikan dengan pacar sebenarnya. Hah, apa peduliku
dengan cerita kuno itu.
Cukup
sampai disini kuceritakan semuanya. Cukup sampai disini kutuliskan perasaan
yang pernah kualami. Hanya sampai disini yang aku bisa.
Komentar
Posting Komentar